Niasoke.com – Hidup merupakan suatu misteri, yang di satu sisi dapat dipahami manusia tetapi sekaligus juga di sisi lain tak pernah tuntas dimengerti oleh akal budi manusia. Manusia sadar bahwa ia ada karena diadakan oleh Sang Pencipta. Kesadaran itu muncul sebagai jawaban dari serentetan pertanyaan atas realitas hidup yang dialami setiap saat. Refleksi manusia atas kenyataan hidup yang demikian menunjukkan bahwa manusia mempunyai ingatan murni yang tidak hanya bersifat mekanis-motoris, melainkan juga bersifat spiritual. Ingatan murni tersebut membentuk, merekam dan menyimpan segala peristiwa dalam hidup manusia, yang kemudian diolah serta diaplikasikan di dalam kehidupan konkrit.
Demikian pula halnya dengan kebijaksanaan. Kebijaksanaan muncul dari hasil refleksi manusia atas pengalaman-pengalaman yang terjadi di dalam dan di sekitar kehidupannya. Dari pengalaman-pengalaman hidup itu, manusia belajar menata dan menghidupi kehidupannya. Dari sanalah muncul pengetahuan dan kebijaksanaan yang memuat tata nilai sebagai pedoman hidup.
Tulisan ini memuat beberapa ungkapan bijaksana – dalam bahasa Nias disebut amaedola – yang hidup di dalam masyarakat Nias. Pada umumnya dalam pembicaraan-pembicaraan adat, tatkala amaedola di kutip, orang Nias memulainya dengan kalimat pengantar: “Simane niwaö ndra satua föna,…” (sebagaiamana dikatakan oleh para leluhur kita dahulu kala…). Kalimat ini menunjukkan bahwa amaedola merupakan kata-kata bijaksana yang berasal dari para leluhur masyarakat Nias. Akan tetapi kapan persisnya amaedola itu muncul dan oleh siapa, tak seorangpun yang tahu. Meskipun demikian, amaedola sangat penting bagi masyarakat Nias. Di dalamnya terdapat tatanan nilai, norma dan pedoman hidup.
Mari belajar bersama dari pengalaman hidup dan kebijasanaan para nenek moyang kita yang tertuang dalam amaedola berikut ini:
Ligi-ligi siliwi, fa lö tofesu mbagi
Hese-hese nazese, fa lö tofesu gahe
Berhati-hati dalam bertindak
Hulö muhede mburu’u kökö
Ha ba mbörö humöngo-höngö
Ba gamozua döhö manö
Rencana yang mendapat publikasi luas, tetapi tak bekelanjutan atau tidak terealisasi.
Na hasara dödö, na hasara li
Ta’olikhe gawöni, ta’olae guli nasi
Kalau ada persatuan, pekerjaan yang berat sekalipun bisa ditangani.
Samösa zi manga na’a, samösa zi göna gitö
Seorang yang berbuat, orang lain yang menanggung akibatnya.
Sara mbu, sambua limi, ifadukhai zoya sibai
Seseorang dan perbuatannya bisa menjadi perusak persatuan atau hubungan kekeluargaan.
Hulö malu dahönagö, sambua ihalö isaitagö
Hulö malu daföfögö, sambua ihalö iföfögö
Pandai menghemat (menabung hasil kerjanya).
Böi gesigesi mbowo lawa, wa aröu siyawa
Ya’e tou mbua ma’ae, tadölö gaheda waneu
Bersikap dan bertindaklah realistis, jangan berkhayal.
Abu’a gömö, lö abu’a li
Kata-kata sindiran (yang menyakitkan hati) sering terlalu sulit dilupakan.
Böi badu idanö bawehae-hae
Jangan mengambil keputusan pada saat panik.
Alölö nafo na no munganga, ahori gö na no mu’a, awai zi lö mondröi zi lö taya ha taromali si sambua
Berbuat baik kepada seseorang merupakan mahkota yang agung dalam hidup.
Hulö geu safatö hogu
Seseorang yang tak punya semangat dan atau harapan dalam hidupnya.
Kauko ba hili kauko ba ndraso, faolo ndra’ugö ba ufaolo göi ndra’o, faoma ita fao-fao
Mari kita saling menghargai pendapat sesama supaya suatu permasalahan dapat terselesaikan dengan kesepakatan bersama dan adil.
Bila anda masih mengingat beberapa ungkapan bijaksana, pepatah (amaedola) dari daerah Nias, kamu bisa tulis pada kolom komentar di bawah yaa. 😀