Niasoke.com – Menikmati indahnya pantai, berselancar, menikmati atraksi budaya atau sekedar mengunjungi pusat-pusat megalitik yang masih ada di Pulau ini merupakan aktivitas yang kerap dilakukan para wisatawan yang berkunjung. Selain itu, aktivitas berburu suvenir atau mencoba mencicipi kuliner khas dari daerah ini merupakan aktivitas yang tak kalah menarik untuk dilakukan para pengunjung.
Serasa ada yang kurang ketika belum menikmati atau mengetahui makanan tradisional khas Nias ini yang sudah hampir terlupakan oleh orang nias sendiri. Nias itu bukan hanya kaya akan wisata alam dan budayanya, melainkan juga kaya akan wisata kulinernya.
Beberapa dibawah ini, makanan khas tradisional Nias berdasarkan sumber yang didapatkan, baik yang terbuat dari bahan hewani maupun nabati yang tentunya sangat umum ditemukan di seluruh wilayah Pulau Nias.
1. Gowi Nifufu
Terbuat dari ubi-ubian seperti ubi jalar, ubi kayu, talas. Ubi direbus dan kemudian ditumbuk sampai semua bagiannya hancur, kemudian dimakan dicampur dengan kelapa yang sudah diparut. Pada zaman dahulu , masyarakat Nias kalau makan pagi, siang dan malam, sebelum memakan nasi telebih dahulu memakan Gowi Nifufu, setelah merasa agak kenyang baru memakan nasi. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan konsumsi nasi berhubung karena nasi pada masa itu sangat susah didapatkan dan seringkali tidak terjangkau sehingga terkadang Gowi Nifufu digunakan sebagai makanan pokok di sana.
2. Harinake
Harinake adalah makanan adat tradisional Nias di Nias bagian Utara, dan Nias bagian Barat, biasanya harinake disajikan untuk menghormati tamu seperti menghormati mertua yang datang ke rumah menantunya pada kunjungan pertama, Pesta perkawinan, anak-anak memberi makan secara adat kepada orang tuanya dan disaksikan oleh semua famili (keluarga besar) dalam hal anak – anak meminta kepada orang tuanya melaksanakan pembagian harta warisan dimana setiap anak menyajikan 1 ekor babi yang dilengkapi dengan harinake kepada orang tua mereka. Harinake adalah Daging babi cincang dengan cacahan yang tipis dan kecil-kecil.
3. Ni’owuru
4. Lehedalo Nifange (Daun Talas Yang Direndang)
Lehedalo Nifange adalah Makanan tradisional khas Nias yang terbuat dari Talas. Lehedalo Nifange ini termasuk lauk makanan masyarakat Nias pada umunya.


Hambae nititi adalah daging kepiting yang di campur dengan santan kelapa dimasak sampai kering untuk dijadikan lauk, makanan ini merupakan makanan bermusim biasanya pada bulan Mei, Juni dan Juli di kepulauan Hinako Kecamatan Sirombu.
Köfö-köfö merupakan daging ikan yang telah dibuang durinya kemudian dibentuk bulat yang dimasak dengan santan kelapa ataupun digoreng biasanya digunakan untuk lauk.8. Saku Nisölö
Saku Nisölö merupakan makanan yang terbuat dari dari bahan tepung sagu yang telah digongseng dan disirami santan yang digunakan sebagai ganti nasi.
9. Kazimone; Saku Ni Lökha
Terbuat dari bahan sagu, cara masaknya seperti membuat bubur, dengan menggunakan santan kelapa. Sagu yang digunakan adalah sagu yang sudah dikeringkan, yang diambil adalah hanya bagian sagu yang sudah berbentuk bulatan-bulatan kecil.
10. Siliö Guro
SiliÖ guro adalah makanan tradisonal Nias, berupa daging udang yang telah digiling dicampur dengan kelapa yang dibungkus dengan daun pisang dan dipanggang di atas bara api yang digunakan sebagai lauk.
11. Babae
Babae adalah makanan khas adat di Nias Bagian Selatanyang merupakan campuran dari daging babi, kacang putih (Harita Fakhe), kelapa dan bawang merah untuk menghormati tamu agung, biasanya digunakan sebagai lauk.
12. I’a Soköli; I’a Ni’unagö
I’a Soköli adalah Ikan yang diasap, dengan tujuan agar daging ikan menjadi awet. Daging ikan diasapin beberapa jam, hanya menggunakan asap biasanya menggunakan sabut kelapa.
13. I’a Budu
I’a Budu adalah Ikan yang diasinkan dengan garam dan dikeringkan dengan panas terik matahari. I’a Budu ini sangat enak apalagi kalau disambal.

Proses Penyulingan. Proses inilah yang membedakan tuo nifarö dengan khemr lokal lainnya. Proses penyulingan ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana, biasanya menggunakan kaleng yang dapat menampung sekitar 20 liter tuak mentah. Serta bambu sepanjang 5 meter untuk mengalirkan uap-uap hasil penyulingan tersebut ke dalam botol.
Fakasa atau Dodol Durian di nias digunakan sebagai makanan tambahan pada musim buah durian di Nias yang pada masa lampau musimnya adalah pada bulan Juli dan Agustus namun saat ini musim durian di Nias sudah tidak teratur lagi dan hampir bisa ditemukan sepanjang tahun di Nias.Dodol Durian Nias memiliki rasa yang sangat khas dengan beraroma Durian, karna durian juga khas dari daerah sendiri Dodol ini juga tidak mengandung bahan pengawet. Durian termasuk melimpah di Pulau Nias dan harganya pun murah, cukup bermodalkan goceng saja sudah cukup untuk menikmati Durian sepuasnya.